Sabtu, 29 September 2012

TA'ZIR DALAM HUKUM SYARA'


Ta’zir adalah hukuman yang dilakukan untuk sebuah pembelajaran dan tidak ada kafarat bagi seseorang yang melakukan dosa tersebut.ta’zir  adalah  Jenis maksiat yang hukumannya tidak ditentukan oleh syariat misalnya:

1.     menyetubuhi wanita selain farjinya,
2.     mencuri sesuatu yang tidak sampai batas nishab mencuri ,
3.     wanita menyetubuhi wanita (lesbian) dan tuduhan selain zina,

maka wajib ditegakkan ta’zir pada kasus-kasus itu, tercantum dalam hadits:

“Janganlah kamu mencambuk melebihi sepuluh kali cambukan kecuali dalam hukuman dari hukuman-hukuman Allah Azza wa Jalla.” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)

Dan  di dalam suatu riwayat bahwa:

 Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu menta’zir dan memberi pelajaran terhadap seseorang dengan mencukur rambut, mengasingkan dan memukul pelakunya, pernah pula beliau radhiyallahu ‘anhu membakar kedai-kedai penjual khamr dan membakar suatu desa yang menjadi tempat penjualan khamr. Ta’zir dalam perkara yang disyariatkan adalah ta’zir yang wajib menurut pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad rahimahumullah.

Seorang bapak boleh menta’zir anaknya, tuan terhadap budaknya dan suami terhadap istrinya dengan syarat mereka tidak melakukannya dengan berlebih-lebihan. Dibolehkan menambah ta’zir untuk mencapai makrud (dalam memberi pelajaran) atas suatu kesalahan. Tetapi jika menambah ta’zir bukan untuk tujuan ini, berarti dia telah melampaui batas dan menimpakan hukuman yang menyebabkan binasanya seseorang.

Sumber: Kafarah Penghapus Dosa oleh Sa’id Abdul ‘Adhim (penerjemah: Abu Najiyah Muhaimin bin Subaidi), penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang. Hal. 73-76.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar