Ta’zir adalah
hukuman yang dilakukan untuk sebuah pembelajaran dan tidak ada kafarat bagi
seseorang yang melakukan dosa tersebut.ta’zir adalah Jenis maksiat yang hukumannya tidak ditentukan
oleh syariat misalnya:
1. menyetubuhi wanita selain
farjinya,
2. mencuri sesuatu yang tidak
sampai batas nishab mencuri ,
3. wanita menyetubuhi wanita
(lesbian) dan tuduhan selain zina,
maka
wajib ditegakkan ta’zir pada kasus-kasus itu, tercantum dalam hadits:
“Janganlah kamu mencambuk melebihi sepuluh kali
cambukan kecuali dalam hukuman dari hukuman-hukuman Allah Azza wa Jalla.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Dan di dalam
suatu riwayat bahwa:
Umar bin Khathab
radhiyallahu ‘anhu menta’zir dan memberi pelajaran terhadap seseorang dengan
mencukur rambut, mengasingkan dan memukul pelakunya, pernah pula beliau
radhiyallahu ‘anhu membakar kedai-kedai penjual khamr dan membakar suatu desa
yang menjadi tempat penjualan khamr. Ta’zir dalam perkara yang disyariatkan
adalah ta’zir yang wajib menurut pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam
Ahmad rahimahumullah.
Seorang bapak boleh menta’zir anaknya, tuan terhadap
budaknya dan suami terhadap istrinya dengan syarat mereka tidak melakukannya
dengan berlebih-lebihan. Dibolehkan menambah ta’zir untuk mencapai makrud
(dalam memberi pelajaran) atas suatu kesalahan. Tetapi jika menambah ta’zir
bukan untuk tujuan ini, berarti dia telah melampaui batas dan menimpakan
hukuman yang menyebabkan binasanya seseorang.
Sumber: Kafarah Penghapus Dosa oleh Sa’id Abdul ‘Adhim
(penerjemah: Abu Najiyah Muhaimin bin Subaidi), penerbit: Cahaya Tauhid Press,
Malang. Hal. 73-76.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar